Skip to main content

4 Bukti kecanggihan teknologi memudahkan pendidikan anak cerdas




Kemajuan teknologi seolah tak terbendung lagi, begitu cepat menguasai sebagian besar kehidupan manusia. Termasuk dalam bidang pembelajaran, tak aneh rasanya menggunakan komputer, tablet elektronik, dan semacamnya. Bahkan, di kalangan orang tua telah terjadi perbincangan hangat antara orang tua dan ahli medis mengenai pemanfaatan teknologi dalam pendidikan anak.  


Setiap ciptaan manusia bagaikan pisau bermata dua, terdapat sisi positif dan negatif. Tentunya kalau menyangkut barang elektronik sudah banyak sekali pembahasan mengenai kekurangan penggunaan teknologi, sampai phobia semacam technophobia atau rasa takut berlebih terhadap teknologi adalah hal yang nyata. Benarkah semua yang berkaitan dengan listrik selalu berakhir buruk?

Jawaban yang paling tepat mengenai teknologi hanya rugikan masa kanak kanak adalah tidak juga. Menurut penelitian yang disenggelarakan www.kurzweiledu.com, ternyata ada beberapa aspek yang membuat teknologi layak digunakan dalam memajukan kecerdasan anak dan pendidikan di tanah air Indonesia.

Apakah ayah bunda mulai Penasaran? Langsung saja simak 4 manfaat berikut:
1.     Motivatasi anak murid 

Sejak pertama kali berdiri, pembelajaran di sekolah hanya mengandalkan tulisan dan pasif. Tidak ada yang salah dengan membaca, toh literasi telah terbukti memajukan kehidupan manusia. Hanya saja, terkadang pengajar tidak merasa perlu atau gagal bangun suasana interaktif untuk membuat murid tetap semangat.

Murid hanya mendengarkan dengan pasif selama berjam-jam bukan ide yang bagus. Terlebih ketika metode belajar sangat monoton hingga rasanya ingin segera mendengar bel istirahat. Bahkan, salah satu survey buktikkan rata-rata kemampuan murid memperhatikan guru mendengarkan secara pasif hanya berlangsung selama 10 menit. Tiga belas persen dari keseluruhan peserta survei bahkan mengaku isi pelajaran hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri.

Teknologi adalah hal yang cukup luar biasa dalam kehidupan manusia. Paduan antara warna warni interaktif dengan efek grafis yang buat anak merasa senang berlama-lama memperhatikan pelajaran. Terlebih di usia yang sangat dini dimana teknologi bagai api bagi manusia purba. Motivasi kemungkinan besar akan meningkat cukup signifikan.

2.      . Gampang di akses
Ingat masa dimana masih pinjam meminjam buku? Atau mungkin mengobrak abrik isi perpustakaan sebelum menemukan jawaban yang diinginkan? Rasanya sudah lewat masa belajar yang terlampau ‘rempong’.

Kini telah ditemukan mesin pencari yang cukup handal menemukan jawaban terbaik untuk kebutuhan belajar. Bahkan tidak mengenal waktu, murid bisa langsung temukan ilmu baru dan memuaskan hasrat belajar, terlebih mereka dengan kepintaran di atas rata-rata teman sebaya.

Misalkan saja, anak melihat kupu-kupu terbang. Bagi orang dewasa yang sudah keseringan melihat kupu-kupu melintas mungkin tidak kepikiran untuk bertanya kenapa serangga indah tersebut bisa terbang. Lain dengan anak dengan ide dan ruang otak yang masih sangat luas. Pertanyaan acak sangat wajar untuk diajukan, dan tentunya tidak semua orang mampu menjawab di tempat. Padahal, delay atau menunda jawaban sehari saja bisa membuat si kecil kehilangan minat dalam mencari tahu kenapa kupu-kupu bisa terbang.

Namanya manusia pasti tak ada kata cukup dalam peroleh pengetahuan baru. Manfaat kemudahan akses yang sama berlaku untuk pengajar pula. Semakin banyak pertanyaan ‘out of the box’ alias aneh yang diajukan anak didiknya, semakin banyak jawaban dan ilmu baru.

3.       Meningkatkan standard
“Inginkah kamu menjadi ikan kecil dalam kolam besar atau ikan besar dalam kolam kecil?”

Peribahasa tersebut jauh lebih bermakna dalam dibanding kedengarannya. Terkadang manusia tidak akan sadar betapa kecil keahlian dan bakat  yang dia miliki sampai dirinya melihat dunia. Rasa sombong akan memperkeruh potensi seorang anak apabila tak ada orang di sekitarnya mampu saingi dirinya.

Teknologi berhasil membuka cakrawala penduduk dunia. Batas antar kota, negara, hingga dunia tidak lagi setebal baja melainkan sudah mulai setipis kain sutra. Semua orang bisa melihat dan mendengar perkembangan dunia, inovasi terkini, dan penemuan terbaru hanya dari hitungan detik. Tentunya hal yang sama berlaku dalam pendidikan sekolah.

Sekarang, anak bisa Bahasa Inggris sudah sangat biasa. Padahal, kalau ayah bunda terlahir di era delapan puluhan, pada bangku sekolah dasar bisa mengucapkan how are you yang berarti apa kabar sudah terbilang bagus. Kini? Anak taman kanak-kanak mungkin sudah menyanyikan lagu Bahasa asing lengkap!

Beberapa manusia mungkin menganggap beban anak semakin berat. Padahal, bila ditilik lebih lanjut, justru dengan tuntutan yang kian tinggi semakin membuat potensi manusia kian luar biasa!

4.       Kolaborasi dan diskusi bermatabat
Namanya anak kecil tentu berisik sudah sangat biasa. Suasana kelas yang ramai, riuh terkadang membuat kontrol kelas pada jam diskusi terasa sangat berantakan. Tong kosong bunyinya nyaring, apalah daya kelas terlalu aktif kalau mayoritas kalimat yang keluar dari mulut anak-anak murid tak berhubungan atau meningkatkan hasil kolaborasi kelak.

Teknologi akan membuat anak lebih fokus dalam mengejar tujuan. Guru dan anak mampu melihat di layar kaca masing-masing, tentu tahu sampai mana kinerja kelompoknya atau seputar tugas yang diajukan. Hasilnya, penyelesaian kolaborasi dan sesi diskusi jauh terarah dan minimalisir ramai riuh yang tak perlu.

Bagi guru dan orang tua sendiri, akan jauh lebih gampang mengamati karakter murid dalam kelas. Sehingga, pada akhirnya penilaian jadi lebih adil, dan tidak ada lagi sekedar nilai sempurna yang jadi pertimbangan kesuksesan kelak. Bukankah mengembangkan kemampuan individual sudah sepantasnya jadi tujuan utama pendidikan anak?



Comments