Skip to main content

Apa itu kecerdasan emosional anak?

Sumber: nutriclub.co.id

Anak yang dianggap cerdas atau pintar tidak selamanya bergantung pada nilai sempurna pada ujian sekolah ataupun tes intelektual dari suatu lembaga. Sejatinya telah ditemukan kecerdasan emosional anak ternyata menentukan kesuksesan di masa depan dibanding sekedar kemampuan logika yang kerap dikejar orang tua masa kini.

Sayangnya, tidak banyak orang tua memahami apa itu kecerdasan emosi. Memang, selain jurusan psikologis atau orang yang murni tertarik meneliti subjek tersebut, wajar bila tidak tahu atau mungkin mendengar kata cerdas yang berkaitan dengan emosi pada saat berbincang atau menelusuri pencarian. Tenang, disini akan akan dikupas tuntas seputar pengertian, alasan, contoh nyata, dan caranya! Langsung saja.

1.       Apa madsudnya?
Gampangnya kecerdasan emosi atau emotional intelligence adalah kemampuan seseorang untuk memahami, atau analisa perasaan yang sedang dihadapinya. Tidak hanya itu, orang dengan kualitas Emotional Intellegence tinggi bisa mengatur kapan yang tepat untuk marah, senang, bahagia, sedih, sehingga kecil kemungkinan salah sikap pada beragam situasi.

Asal tahu saja, Michael Bedloch pertama kali mencetuskan kata emotional quotient, dikenal pula dengan sebutan EQ pada tahun seribu Sembilan ratus enam puluh empat dan tidak ditanggapi secara serius! Padahal, studi lanjutan oleh Daniel Goleman, professor universitas Havard menunjukkan enam puluh persen kemampuan orang sukses merupakan kontribusi dari segi emosi. Wow!

Mengapa anak perlu menguasai EQ?
Orang tua tentu ingin melihat anaknya tumbuh dengan baik. Apabila tubuh anak tidak mengalami masalah serius, seperti gagal jantung atau kanker, tentu pikiran kedua adalah bagaimana si kecil mampu bertahan hidup di sosial. Disinilah peran EQ dimulai.

Sejak jaman dahulu kala, manusia tidak pernah bisa hidup sendirian. Kalau kata bapa filosofis Yunani, Aristoles, manusia adalah mahluk sosial. Artinya tidak mungkin bagi seseorang untuk melepas kebutuhan berkomunikasi dengan sesamanya. Memang, teknologi semakin maju dan anggapan manusia sudah tak peduli satu sama lain, tapi sebetulnya kenyataan bisa saja terbalik.

Kecanggihan teknologi justru menuntut manusia untuk membantu sama lain. Ya, computer memang cerdas, tapi bukan berarti tidak ada manusia di balik kecanggihan teknologi tersebut. Apalagi, dalam lingkungan kerja, atau organisasi ide yang sederhana bisa terdengar menarik tergantung siapa yang mengucapkannya. Bisa bayangkan kalau anak dibenci semua orang, maka dirinya pasti kesulitan untuk dapatkan bantuan.

Apa sekedar sosial saja? Tentu tidak.

Berhubung emosi gampang naik turun, tentu mengendalikan diri punya keuntungan tersendiri. Orang yang mampu mengenal emosinya maka akan jauh lebih mudah untuk mengesampingkan emosi negatif ketika diperlukan. Misal saja sedang hadapi ujian padahal hati sedang gundah, akan jauh lebih gampang kalau anak bisa menekan rasa sedih tersebut sehingga pikiran tetap jernih sampai ujian selesai.

2.       Bagaimana cara mengajari anak supaya cerdas secara emosi?
Ekspektasi dan realita bisa sangat jauh berbeda, walau ayah bunda memahami betul apa itu kemampuan mengendalikan emosi diri sendiri, bukan berarti si kecil secara ajaib memiliki kemampuan kontrol diri.

Ada beberapa jalan untuk menanamkan kendali emosi yang baik dalam diri si kecil. Bahkan beberapa lembaga tak ragu menarik kocek atau biaya yang tidak sedikit dengan jaminan usai pelatihan buah hati dijamin tidak akan mudah marah, menghargai orang lain, dan banyak lagi. Tanpa orang tua sadari, bahwa kemampuan mendidik anak ada pada diri sendiri.

Ya, situs bebeclub.co.id telah menemukan cara membangun kecerdasan emosional anak tanpa memakan biaya yang mencekik leher!

3.       Siapa tokoh besar dengan kontrol emosi tinggi?
Omong kosong rasanya kalau tidak melampirkan bukti kesuksesan mereka yang telah ahli mengendalikan diri dari emosi dan selamat dalam liarnya dunia ini. Mulai dari orang terkenal hingga mereka yang tidak terlalu terdengar, yang jelas beberapa orang dibawah ini telah buktikkan manfaat EQ.

Michael Jackson
Siapa sih yang tidak pernah mendengar penyanyi legendaris Michael Jackson? Goyangan moon walk yang dilakukan pelantun “we are the world” ini tetap tinggal di hati bahkan usai dirinya dimakamkan. Menyingkap glamor cahaya Hollywood, bukan rahasia bahwa sebagian besar royalti Michael Jakson disumbangkan untuk anak yang kurang beruntung atau rehabilitasi pecandu alkohol.

Keanu Reeves
Aktor terkenal Keanu Reeves adalah salah satu seleb Hollywood yang cukup sukses karena film matrix. Uniknya, Keanu tidak pernah sekalipun lupa diri walau menjajaki posisi artis yang dibayar mahal. Paparazzi kerap kali menangkap foto Reeves sedang antre untuk masuk ke dalam pesta yang diselenggarakan olehnya, dan terkenal ramah di antara rekan kerjanya.

Hasilnya? Forbes telah mengakui Keanu Reeves sebagai salah satu artis dengan kekayaan yang layak diberi tepuk tangan walau kegemaran bersedekah pria yang lahir pada 2 September ini tidak pernah berhenti. 

Putri Diana
Cantik, baik, dan menyenangkan adalah gambaran putri asal Inggris, Princess Diana. Mahkota dan darah bangsawan mengalir dalam dirinya seolah bukan halangan bagi perempuan berambut pirang tersebut untuk merasa rendah diri.


Salah satu momen yang menggemparkan sekaligus membuktikkan kualitas emosi yang cerdas adalah saat dirinya memeluk anak penderita HIV. Hingga sekarang, walau anak memperoleh penyakit seksual turunan orang tua, dimusuhi masyarakat, dan putri Diana tidak sungkan untuk menunjukkan kasih sayang yang tulus.

Masih banyak lagi orang terkenal dan sukses yang buktikkan cerdas dari segi emosi akan bermanfaat besar dalam hidup tapi apalah daya jika hanya bicara. Selamat mencoba!

Comments

Popular posts from this blog

4 Bukti kecanggihan teknologi memudahkan pendidikan anak cerdas

Kemajuan teknologi seolah tak terbendung lagi, begitu cepat menguasai sebagian besar kehidupan manusia. Termasuk dalam bidang pembelajaran, tak aneh rasanya menggunakan komputer, tablet elektronik, dan semacamnya. Bahkan, di kalangan orang tua telah terjadi perbincangan hangat antara orang tua dan ahli medis mengenai pemanfaatan teknologi dalam pendidikan anak .   Setiap ciptaan manusia bagaikan pisau bermata dua, terdapat sisi positif dan negatif. Tentunya kalau menyangkut barang elektronik sudah banyak sekali pembahasan mengenai kekurangan penggunaan teknologi, sampai phobia semacam technophobia atau rasa takut berlebih terhadap teknologi adalah hal yang nyata. Benarkah semua yang berkaitan dengan listrik selalu berakhir buruk? Jawaban yang paling tepat mengenai teknologi hanya rugikan masa kanak kanak adalah tidak juga. Menurut penelitian yang disenggelarakan www.kurzweiledu.com , ternyata ada beberapa aspek yang membuat teknologi layak digunakan dalam memajukan k